Filsafat dan Obyeknya (6)

Sirajuddin Zar-Dengan kata lain, dalam berpikir filsafat tidak boleh ada satu sisi pun yang tertinggal, tetapi harus tercakup di dalamnya secara keseluruhan. Begitu juga dengan ciri filsaFat berikutnya, iaiah mendasar atau radikal. Teiah disebutkan bahwa ilmu atau sains hanya mampu memberi penjelasan sebatas pengalaman atau kenyataan empiris, sedangkan berpikir Filsafat lebih jauh dan itu, yakni akan sampai ke dasar segala dasar. Dengan demikian, tidak ada saw tapal batas pun atau suatu yang tabu bagi kegiatan berpikir filsafat.
Demikianlah bcberapa karakteristik berpikir filsafat. Akan tetapi, Jujun S. Suriasumantri menambahkan satu karakteristik lagi, yakni spekulatif. Penambahan mi dapat diterima, karena spekulatif adalah dasar ilmu pengetahuan. Agaknya ciri inilah yang menjadikan jurang pernisah antara pengetahuan filsafat dan pengetahuan sains. Spekulatif sebagai dasar bagi sains (ilmu) hanya bersifat sementara, yang kemudian harus dibuktikan secara empiris dengan menggunakan roetode ilmu atau sains.
Kendatipun filsafat menjadikan spekulatif sebagai saiah satu cirinya, namun bukan berarti ia berpikir hanya menebak-nebak atau menerka-nerka tanpa aturan. Akan tetapi, dalam analisis dan pembuktian filsafat akan dapat diketahui dan ditetapkan mana spekulatif yang benar dan logis dan mana pula spekulatif yang salah atau tidak logis. Hal ini berarti, kebenaran berpikir filsafat hanya sepanjang kerangka filosofis dan belum tentu benar dalam kenyataan secara empiris. Sementara kebenaran hasil ilmu atau sains dikatakan konsensus dan seluruh ilmuwan yang bersangkutan. Hal mi disebabkan hasil kajian ilmu atau sains haius dapat dikaji ulang atau dipeniksa ulang oleh yang bersangkutan atau saintis lain dengan hasil yang sama.

0 comments:

Post a Comment