Filsafat dan Obyeknya (7)

Sirajuddin Zar-Jika tidak ditemukan hasil sama, penemuan seperti itu tidak dapat direkomendasi oleh para saintis lain dan dipandang tidak pernah ada.
1. al-Wujud atau ontologi;
Ada pun objek bahasan filsafat terbagi menjadi tiga bahasan pokok:
2. aI-Ma’rifat atau epistemologi;
3. al-Qayyirn atau aksiologi.
Pembahasan ontologi mencakup hakikat segala yang ada (al-manjudat) . Dalam dunia filsafat “yang mungkin ada” termasuk dalam pengertian “yang ada.” Dengan kata lain, ‘yang mungkin ada” merupakan salah satu jenis “yang ada.” Dan ia tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok “yang tiada,” dalam arti tidak ada atau dalam bahasa lain “mustahil ada.”
Pada umumnya bahasan “yang ada” (al-manjudad) terbagi menjadi dua bidang, yakni fisika dan metafisika. Bidang fisika mencakup tentang manusia, alam semesta, dan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, balk benda hidup maupun benda mati. Sementara bidang metafisika membahas ketuhanan dan masalah yang imateri.
Pembahasan epistemologi bersangkutan dengan hakikat pengetahuan dan cara bagaimana atau dengan sarana apa pengetahuan dapat diperoleh. Pembicaraan tentang hakikat pengetahuan ini ada dua teori. Teori pertama yang disebut dengan realisme berpandangan bahwa pengetahuan adalah gambar atau kopi yang sebenarnya dan apa yang ada dalam alam nyata. Gambaran atau pengetahuan yang ada dalam akal adalah kopi dan yang ash yang terdapat di luar akal. Jadi, pengetahuan menurut teori ini sesuai dengan kenyataan.
Sementara itu, teori kedua yang disebut dengan idealisme berpandangan bahwa pengetahuan adalah gambaran menurut pendapat atau penghihatan orang yang mengetahui. Berbeda dengan reahisme, pengetahuan menurut teori ideahisme ini berarti tidak menggambarkan kebenaran yang sebenarnya karena, menurutnya, pengetahuan yang sesuai dengan kenyataan adalah mustahil.
Pembicaraan tentang metode-metode untuk memperoleh pengetahuan ada dua teoni pula. Teori pertama yang disebut dengan empirisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh dengan perantaraan pancaindra. Alat utama inilah yang memperoleh kesankesan dan apa yang ada di alam nyata. Kesan-kesan tersebut berkumpul dalarn din manusia yang kemudian menyusun, dan mengaturnya menjadi pengetahuan. Sementara itu, teoni kedua yang disebut dengan rasionahisme berpandangan bahwa pengetahuan diperoleh dengan perantaraan akal. Memang untuk memperoleh data-data dan alam nyata dibutuhkan pancaindra, tetapi untuk menghubung-hubungkan satu data dengan data Iainnya atau untuk menerjemahkan satu kejadian dengan kejadian Iainnya yang terjadi di alam nyata ini dibutuhkan sekahi akal. Andaikan bersandar pada pancaindra semata, nianusia tidak akan mampu menafsirkan proses alamiah yang terjadi di jagad raya in Jadi, akahlah yang menyusun konsep-konsep rasional yang disebut dengan pengetahuan.

Filsafat dan Obyeknya (6)

Sirajuddin Zar-Dengan kata lain, dalam berpikir filsafat tidak boleh ada satu sisi pun yang tertinggal, tetapi harus tercakup di dalamnya secara keseluruhan. Begitu juga dengan ciri filsaFat berikutnya, iaiah mendasar atau radikal. Teiah disebutkan bahwa ilmu atau sains hanya mampu memberi penjelasan sebatas pengalaman atau kenyataan empiris, sedangkan berpikir Filsafat lebih jauh dan itu, yakni akan sampai ke dasar segala dasar. Dengan demikian, tidak ada saw tapal batas pun atau suatu yang tabu bagi kegiatan berpikir filsafat.
Demikianlah bcberapa karakteristik berpikir filsafat. Akan tetapi, Jujun S. Suriasumantri menambahkan satu karakteristik lagi, yakni spekulatif. Penambahan mi dapat diterima, karena spekulatif adalah dasar ilmu pengetahuan. Agaknya ciri inilah yang menjadikan jurang pernisah antara pengetahuan filsafat dan pengetahuan sains. Spekulatif sebagai dasar bagi sains (ilmu) hanya bersifat sementara, yang kemudian harus dibuktikan secara empiris dengan menggunakan roetode ilmu atau sains.
Kendatipun filsafat menjadikan spekulatif sebagai saiah satu cirinya, namun bukan berarti ia berpikir hanya menebak-nebak atau menerka-nerka tanpa aturan. Akan tetapi, dalam analisis dan pembuktian filsafat akan dapat diketahui dan ditetapkan mana spekulatif yang benar dan logis dan mana pula spekulatif yang salah atau tidak logis. Hal ini berarti, kebenaran berpikir filsafat hanya sepanjang kerangka filosofis dan belum tentu benar dalam kenyataan secara empiris. Sementara kebenaran hasil ilmu atau sains dikatakan konsensus dan seluruh ilmuwan yang bersangkutan. Hal mi disebabkan hasil kajian ilmu atau sains haius dapat dikaji ulang atau dipeniksa ulang oleh yang bersangkutan atau saintis lain dengan hasil yang sama.

Filsafat dan Obyeknya (5)

Sirajuddin Zar-Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa berpikir filsafat mengandung ciri-ciri rasional, sistematis, universal atau menyeluruh, dan mendasar atau radikal. Berpikir rasional mutlak diperlukan dalam berfilsalat. Rasional mengandung arti bahwa bagian-bagian pemikiran tersebut berhubungan antara satu dan lainnya secara logis. Kalau diibaratkan sebagai satu bagan, bagan tersebut adalah bagan yang berisi kesimpulan yang adiperoleh dan premise-premise Sistematis juga termasuk ciri-ciri berpikir filsafat. Kegiatan kefilsafatan bukanlah berpikir secara kebetulan. .Akan tetapi, ia harus berdasarkan aturan-aturan penalaran atau logika. Pada dasarnya berpikir filsafat ialah bcrusaha untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesuatu termasuk din kita sendiri. Menycluruh atau universal termasuk juga ciri atau karakteristik berpikir filsafat. Suatu sistem lilsafat harus bersifat komprehensif atau menyclurub. Oleh karena itu, tidak ada satu pun yang berada di luar angkauannya. Seorang filosof dalam mencani kebenaran atau hakikat segala sesuatu, kebenaran atau hakikat mi harus dinyatakannya dalam hentuk umum atau komprehensif.

Filsafat dan Obyeknya (4)

OLeh: Sirajuddin Zar
dari uraian sbelumnya dapat dilihat bahwa berfikir filsafat mengandung ciri-ciri rasional, sistematis, universal atau menyeluruh, dan mendasar atau radikal. berfikir rasional mutlak diperlukan dalam berfilsafat. Rasional mengandung arti bahwa bagina-bagian pemikiran tersebut berhubungan antara satu dan lainnya secara logis. Kalau didibaratkan sebagai satu bagan, bagan tersebut adalah bagan yangberisi kesimpulan yang diperoleh dari premise-premise. Sistematis juga termasuk ciri-ciri berfilsafat. kegiaan kefilsafatan bukanlah berfikir secara kebetulan. akan, tetapi, ia harus berdasarkan aturan-aturan penalaran atau logika. pada dasarnya berfikir filsafat ialah berusaha untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional dalam rangka memahami segala sesutau termasuk diri kita sendiri. menyeluruh atau universal termasuk juga ciri atau karakteristik berfikir filsafat. suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif atau menyeluruh. oleh karena itu, tidak ada satu pun yang berada di luar jangkauannya. seorang filosof dalam mencari kebenaran atau hakikat segala sesuatu, kebenaran atau hakekat ini harus dinayatakannya dalam bentuk umum atau komprehensif.( Bersambung)

Filsafat dan Obyeknya 3

Oleh: Sirajuddin Zar
kemudian, orang Arab memindahkan kata yunani philosphia ke dalam bahasa Arab menjadi falsafa. hal ini sesuai dengan tabiat susunan kata-kata Arab dengan pola fa'lal, fa'lalah danfi'lal. karena itu, kata benda dari kata kerja flasafa seharusnya falsafah dan filsafat. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ini terpakai dengansebutan filsafat.
para penulis sejara filsafat berasumsi bahwa orang yang pertama menggunakan kata filsafat adalah Phythagoras(w.497SM). kata ini digunakannya sebagai reaksi terhadap orang yang menamakan dirinya ahli pengetahuan. manusia, menurutnya, tidak akan mampu mencapai pengetahuan secara keseluruhan walaupun akan menghabiskan semuaumurnya. oleh sbeba itu, yang pantas bagimanusia ialah pecinta pengetahuan (filosof), sehingga terkenal ungkapan,"saya tidaklah ahli pengetahuan, karena ahli pengetahuan itu khusus bagi Tuhan saja. saya adalah filosof, yakni pecinta ilmu pengetahuan."
akan tetapi, kata filsafat populer pemakaiannyasejak masa sekolah sokrates dan Plato. namun yang pasti, kata filsafat ini telah ada sejak masa filosof Yunani.
dalam buku-buku atau referensi ditemukan pelbagai definisi filsafat. keragaman definisi ini menandakan luasnya lingkungan bahsan filsafat. namun, pada prinsipnya dalam keragaman tersebut terdapat keseragaman tujuan. oleh karena itu, secar simpel dapat dikatakan, filsafat adalah hasil proses berfikir rasional dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis, menyeluruh (universal), dan mendasar (radikal). (bersabung)

Pungutan Kenaikan Pangkat di IAIN IB Dipertanyakan

"Prof Dr H Sirajudin Zar MA Rektor IAIN IB Padang"
PADANG, METRO-- Pegawai Bagian Kepegawaian Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang (IAIN IB Padang) diduga melakukan pungutan untuk kenaikan pangkat kepada pegawai reguler yang akan naik pangkat sekali empat tahun itu.
Akibatnya, beberapa orang pegawai reguler cemas tidak naik pangkat, kalau tidak membayar pungutan tersebut. Meskipun mengeluhkan pungutan itu tapi mereka tetap membayarnya. Seorang pegawai reguler, Bujang (nama samaran) yang sempat ditemui POSMETRO mengatakan, untuk kenaikan pangkat, ia bersama teman-temannya sudah menyiapkan bahan seperti SK terakhir, Daftar Riwayat Hidup, KGB, DP3 dan lainnya. Bahan tersebut sudah mereka serahkan ke Bagian Kepegawaian untuk mendapatkan Nota Usulan kenaikan pangkat.

Namun, lanjut Bujang, setelah bahan itu sampai di Bagian Kepegawaian itu, dikabarkan teman-teman lain bahwa untuk pengurusan berkas tersebut ke BKN Regional IV Pekanbaru dipungut uang sebesar Rp 150.000. Kata teman tersebut, uang itu diminta pegawai Bagian Kepegawaian. Setelah ia mencari tahu ke Bagian Kepegawaian, ternyata memang diminta uang sebanyak itu untuk pengurusan kenaikan pangkat tersebut. “Walaupun saya masih mempertanyakan pungutan tersebut dan sempat bersitegang dengan salah seorang pegawai tersebut, uang tersebut tetap saya bayar. Karena saya takut pangkat saya tidak naik-naik walaupun mengeluhkan pembayaran tersebut,” ungkap Bujang.

Sementara itu, Buyuang (nama samaran) yang juga salah seorang pegawai reguler mengatakan, ia memang mengeluhkan pungutan uang dari pegawai Bagian Kepegawaian tersebut. Karena pungutan itu tidak beralasan yang katanya untuk membayar uang lembur pegawai di BKN, maka Buyuang belum membayarnya. Lagipula, untuk kenaikan pangkat sepengetahuannya merupakan kerjanya Bagian Kepegawaian. Karena mereka telah ditugaskan oleh atasan untuk hal yang seperti itu.

Salah seorang sumber yang akan naik pangkat (yang tak mau disebutkan namanya,red) mengaku, tidak mendapat penjelasan mengenai kegunaan uang yang dipungut tersebut. Karena itu, ia pun belum membayarnya. Akan tetapi, apabila itu memang itu sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku mengenai pengurusan kenaikan pangkat tersebut, maka akan dibayarnya. Ataupun sebagai basa basi kepada pegawai Bagian Kepegawaian yang mengurus kenaikan pangkat tersebut.

Tak ada Pungutan

Terkait dengan pungutan itu, Rektor IAIN IB Padang, Prof Dr H Sirajudin Zar MA yang dikonfirmasi POSMETRO mengatakan, tidak ada pemungutan uang di dalam peraturan yang dikeluarkan Depag Pusat tersebut. Dan prosedur pengurusan kenaikan pangkat tersebut sesuai dengan peraturan Depag Pusat yaitu dari Bagian Kepegawaian IAIN memang diteruskan ke BKN Regional IV Pekanbaru.

Kemudian, Kabag Kepegawaian IAIN IB Padang, Drs Mardius MM yang ditemui POSMETRO mengatakan, pada dasarnya apa yang dikeluhkan beberapa orang pegawai reguler tersebut bukanlah pungutan. Karena, pada awalnya pemberian uang itu sifatnya pribadi. Karena, pengurusan kenaikan pangkat ke BKN Regional IV Pekanbaru bukanlah urusan Bagian Kepegawaian. Akan tetapi adalah pegawai yang bersangkutan.

“Pengurusan kenaikan pangkat pegawai itu ke BKN tidak lagi urusan Bagian Kepegawaian. Karena itu sudah keluar dari institusi IAIN IB Padang. Namun, sepanjang urusan kenaikan pangkat itu untuk mendapatkan Nota Usulan (NTU) Kenaikan Pangkat dari IAIN IB Padang, kami tidak akan meminta uang. Sehingga, kalau ada pegawai saya yang meminta uang, maka tulis namanya dan laporkan kepada saya. Maka saya akan mengembalikan uang tersebut dan memberikan peringatan bagi pegawai saya itu.

Dijelaskan Mardius, untuk ke BKN, Bagian Kepegawaian hanya menyampaikan NTU dan Pemohonan Konsultasi Kenaikan Pangkat dan meminta belangko persetujuan BKN untuk pegawai bersagkutan. Karena pegawainya akan ke BKN juga, maka pegawai yang akan naik pangkat meminta tolong untuk membawakan berkas kenaikan pangkat tersebut. Sehingga, dari pribadi pegawai tersebut memberikan uang tips untuk pengurusan itu. “Jadi, disini kami hanya membantu dan bukan memungut uang. Jadi kalau ada yang tidak mau dibantu tidak apa-apa. Lagipula, dana dari instansi untuk urusan tugas Bagian Kepegawaian sudah cukup,” tegasnya. (nph)

Filsafat dan Obyeknya 2

Oleh: Sirajuddin Zar

Pengetahuan pertama diperoleh manusia melalui wahyu, sedangkan pengetahuan kedua diperoleh manusia melalui indra dan akal. Pengetahuan dalam bentuk kedua ini ada yang disebut dengan pengetahuan indra, pengetahuan ilmu dan pengetahuan filasafat. Pengetahuan indra yaitu pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman seharihari, seprti api panas, air membahsahi, dan lain-lain. Sementara itu, pengetahuan ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penyelidikan atau penelitian dengan menggunakan pendekatan ilmiah, seprti meneliti mengapa api panas dan unsure-unsur yang terdapat dalam api. Sementara itu, pengetahuan filsafat merupakan hasil proses berfikir dalam mencari hakekat sesuatu secara sistematis, menyeluruh,dan mendasar, seprti pengetahuan tentang api, apa hakekat api, dan darimana asal api. Jadi, pengetahuan filasafat adalah mencari hakekat sesuatu samapi ke dasar segala dasar atau sedalam-dalamnya. Cirri dasar darisegala dasar inilah yang membedakannya dengan ilmu atau sains. Hal ini disebutkan ilmu membatasi dirinya dengan pengalaman, sedangkan filsafat tidak demikian, bahkan filsafat menyelidiki sesuatu tanpa batas samapi ke akar-akarnya.

Filsafat adalah kata manjemuk yang berasal dari bahasa Yunani, yakni philosophia dan philosophos, philo, berarti cinta, sedangkan Sophia atau shopos, berarti pengetahuan atau kebijakan. Jaid, filsafat secara sederhana berarti cinta pengetahuan atau kebijakan. Pengertian cinta yang dimaksudkan di sini adalah dalam arti yang selaus-luasnya, yaitu ingin dan denganrasa keinginan itulahia berusaha mencapai atau mendalami hal yang diinginkan. Demikian juga yang dimaksudkan dengan pengetahuan, yaitu tahudengan mendalam amapi ke akar-akarnya atau sampai ke dasar segala dasar.(bersambung)

Filsafat dan Obyeknya 1

By: Sirajuddin Zar
pembicaraan tentang filsafat Islam tidak bisa terlepas dari pembicaaan filsafat secara umum. berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yang berkesinambungan diseluruh jagad raya ini. akan tetapi, berfikir filsafat dalam arti berfikir bebas dan mendalam atau radikal yang tidak dipengaruhi oleh dogmatis dan tradisi disponsori oleh filosof-filosof Yunani. oleh karena itu, sebelum kita memperkenalkan filsafat Islam secara khusus, ada baiknya kita perkenalkan terlebih dahulu filsafat secara umum.
akal merupakan salah satu anugerah Allah Swt yang paling istimewa bagi manusia. sudah sifat bagi akal manusia yang selalu ingin tahu terhadap segal sesuatu termasuk dirinya sediri. pengetahuan yang dimiliki manusia bukan dibawa sejak lahir karena manusia ketika dilahirkan belum mengetahui apa-apa.
ada dua bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan yang bukan berdasarkan hasil usaha aktif manusia dan pengetahuan yang berdasarkan hasil usaha aktif manusia.(bersambung)

Filsafat Islam, Filosof Dan Filsafatnya

Pengarang: Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, MA
Penerbit: Rajawali Press
Cetakan: Jakarta, 2007
Ukuran: 259 halaman
Sinopsis:
klik untuk melihat foto Pembicaraan filsafat Islam tidak terlepas dari pembicaraan filsafat secara umum. Berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yang berkesinambungan di seluruh jagat raya ini. Akan tetapi, berfikir filsafat dalam arti berfikir bebas dan mendalam atau radikal tidak selalu harus dipengaruhi oleh dogmatis dan tradisi filosof-filosof Yunani. Tulis cendikiawan Minangkabau dari Balai Selasa, Kabupaten Pesisir Selatan ini.

Filsafat Islam memiliki karakteristik yang berbeda dengan filsafat manapun di dunia. Lahirnya filsafat didasarkan kepada al-Qur’an sebagai dorongan dan sumber informasi. Namun, kebanyakan orang sering salah pengertian terhadap filsafat Islam. Mereka mengira pembicaraan filsafat Islam bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadis. Padahal, yang dibicarakan adalah masalah-masalah yang tidak ditemukan penegasannya di dalam al-Qur’an dan Hadis (zhanny al-dalalah). Dengan kata lain, filsafat dari filosof muslim ini dapat disebut hasil ijtihad, sama posisinya dengan hasil ijtihad ahli fikih dalam bidang hukum Islam dan termasuk kebudayaannya.

Melengkapi, penulis yang juga adalah rektor IAIN Imam Bonjol Padang ini ingin meluruskan kesalahan pengertian di atas dengan memperkenalkan bentuk, sifat, dan watak filsafat Islam dengan analsis yang tajam dan informasi yang mendasar. Selain itu, di dalam buku ini juga diuraikan tentang para filosof muslim klasik, di antaranya Al-Kindi, Al-Farabi, Ibu Sina, Al-Razi, Al-Ghazali, dan lain-lain dengan sejarah, hidup, dan hasil karyanya

Besarnya pengaruh pemikiran filsafat Islam sebagai hasil karya cemerlang pemikir-pemikir Islam telah memberikan sumbangsih tak ternilai pada perkembangan ilmu pengatahuan dewasa ini. Bahkan, orang Barat tidak akan mengenal filsafat (juga sains) tanpa kontribusi dari Islam. Terutama pemikiran rasinalistik Ibnu Rusyd yang mendorong timbulnya ranaisans di Eropa yang kemudian membuat kemajuan Barat sekarang. Oleh karena itu, filsafat Islam mempunyai kedudukan yang amat penting dalam dunia pemikiran filsafat. (jaâfar)

Serambi Mekkah Gandeng IAIN IB

Pd. Panjang, Singgalang
Guna meningkatkan kualitas lulusan dan mempermantap dinamika pembinaan para santri di lingkungan Pesantren Terpadu Serambi Mekkah (PTSM) Padang Panjang, lembaga itu melakukan kerjasama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol Padang. Pada waktu yang bersamaan, PTSM juga menggelar wisuda para alumninya.
Rektor IAIN IB Prof. Dr. Sirajuddin Zar menyatakan, kerjasama yang dilakukan menjadi langkah maju bagi PTSM untuk mengembangkan kualitas pendidikannya di masa mendatang. “Banyak hal yang bisa dikembangkan setelah penandatanganan naskah kerjasama ini. Kedua lembaga, IAIN dan PTSM, diharap bisa memetik manfaat sebesar-besarnya,” ujar Sirajuddin dalam sambutannya pada penandatanganan naskah kerjasama itu, Minggu (17/5), di Komplek PTSM, Kelurahan Guguak Malintang, Padang Panjang.
Selain Sirajuddin, acara itu juga dihadiri Pendiri PTSM H. Bahar Yusuf Dt. Rajo Bukik, Ketua DPRD Padang Panjang Drs. H. Hamidi Labai Sati, Kabid SLTP/SLTA Dinas Pendidikan Kota Padang Panjang Drs. H. Herman, MM, Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN IB Drs. Syafrial, M.Ag., pimpinan sekolah dan unit/lembaga lainnya di lingkungan PTSM.
“Kerjasama ini berbentuk pesantren binaan. Lembaga ini adalah pesantren ketiga yang menandatangan naskah kerjasama pembinaan dengan IAIN IB Padang. Programnya mencakup pembinaan sumber daya manusia (SDM) tenaga pendidik, kurikulum kepesantrenan, kegiatan ilmiah dan pembinaan alumni. Ke depan, IAIN IB juga akan membantu PTSM dalam kegiatan ilmiah, termasuk mendatangkan pakar keislaman ke PTSM,” terang Sekretaris PTSM Irwandi, S.S., M.Pd., menjawab Singgalang.
Pemimpin PTSM H. Sehabuddin, S.H., menyatakan kerjasama PTSM dengan IAIN IB dinilai sangat strategis, terutama bila dikaitkan dengan akan rampungnya pembangunan Gedung Convention Center (GCC). Gedung itu, terangnya, bisa menampung banyak kegiatan ilmiah dan pelatihan, baik bertaraf nasional maupun internasional.
Dijelaskan, PTSM Padang Panjang menjadikan Ekonomi Islam sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal, sementara IAIN IB menjadikan studi ini sebagai salah satu keunggulannya.
Pada kesempatan penandatanganan kerjasama itu, PTSM juga menggelar wisuda bagi santri Kelas VI (kelas III SMA/MA), sekaligus penyerahan ijazah pesantren untuk santri tingkat SMP (wustho). Khusus untuk Kelas VI, sebelum diwisuda dan memenuhi persyaratan menamatkan pendidikan sebagaimana umumnya, mereka juga diharuskan menyusun karya tulis ilmiah. o(006)

IAIN Padang Bangun Perpustakaan Internasional

Padang, beritabaru.com - Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol, Padang, Sumatera Barat (Sumbar) akan membangun perpustakaan bertaraf internasional yang diperkirakan menelan biaya hingga Rp 65 miliar. Pembangunan perpustakaan itu tindak lanjut dari kunjungan Rektor dan Direktur Pascasarjana IAIN dan gubernur Sumbar ke Arab Saudi.

"Proposal permintaan bantuan dana untuk membangun perpustakaan empat tingkat itu sudah dikirimkan kepada pemerintah Arab Saudi. Kami sudah mendapat tanggapan positif, namun masih ada beberapa syarat yang harus dilengkapi," kata Rektor IAIN Imam Bonjol Prof Sirajuddin Zar di Lubuk Lintah Padang, Sabtu.

Rektor mejelaskan pemerintah Arab Saudi telah mengirimkan sejumlah buku, sebagai bukti bahwa negara tersebut bersedia membantu pembangunan perpustakaan bertaraf internasional itu.
Pihaknya berharap izin dan sejumlah persyaratan lain segera selesai.

"Gedung perpustakaan itu akan dibangun di dekat masjid depan rektorat Kampus IAIN Lubuk Lintah Padang," jelasnya.

Sirajuddin mengatakan IAIN Imam Bonjol Padang juga tengah membangun asrama untuk mahasiswa putra dan putri yang dana dasarnya sebesar Rp1 miliar bersumber dari bantuan pemerintah pusat. Mulai Maret 2009 sedikitnya 50 calon mahasiswa dari Malaysia akan kuliah di IAIN. Hal itu menuntut peningkatan kualitas sarana prasarana dan tenaga dosen.

Untuk itu, tambahnya, pihaknya sudah menjajaki untuk menjalin kerja sama dengan Iran dalam bentuk pemagangan dosen IAIN. "Alhamdullilah IAIN Imam Bonjol Padang telah menjadi Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan (LPTK) Guru. Kini tengah melakukan pembenahan mengarah menjadi Lembaga Penyelenggara Tenaga Kependidikan (LPTK) Dosen," kata Dosen Filsafat itu. (*).

IAIN Imam Bonjol Padang Terima 1.600 Mahasiswa Baru

PadangKini.com

PADANG--IAIN Imam Bonjol Padang kembali menerima mahasiswa baru Tahun Akademik 2009/2010. Penerimaan ini untuk semua jurusan yang berjumlah 27 jurusan pada lima fakultas, Baik S.1, D.3 dan D.2.

IAIN Imam Bonjol Padang menargetkan 1.600 mahasiswa baru yang akan menempati jurusan-jurusan tersebut. Jumlah ini berkaitan dengan daya tampung IAIN saat ini.

Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) yang juga Purek Bidang Akademik IAIN Imam Bonjol Padang, Profesor Syafruddin Nurdin menyatakan, pada prinsipnya peminat IAIN membludak dari tahun-ke tahun. Tetapi mengingat daya tampung yang terbatas, hanya ditargetkan menerima 1.600 calon mahasiswa.

"Oleh sebab itu, kita akan mencoba melakukan penjaringan yang ketat supaya input mahasiswa IAIN Imam Bonjol Padang tahun ini meningkat," katanya seperti dikutip rilis pers Humas IAIN Imam Bonjol.

Soal jadwal PMB itu sendiri, Suardi Sikumbang Kasubag Humas IAIN Imam Bonjol Padang menyatakan proses seleksi sudah dimulai beberapa bulan yang lalu melalui jalur Penelusuran Minat, dan Kemampuan (PMDK). "Paling tidak, sekitar 30 persen mahasiswa baru angkatan 2009/2010 nanti diisi oleh mahasiswa yang berasal dari jalur PMDK," katanya.

Sementara itu, kabar baik menghampiri calon mahasiswa yang punya kemampuan bahasa asing (ARAB-Inggris) dan pengetahuan agama yang baik. IAIN Imam Bonjol Padang akan menyeleksi mahasiswa Program Khusus Kelas Internasional Ilmu Ushuluddin. Kelas khusus ini menerapkan pembelajaran multilingual (banyak) bahasa dalam pengantar kuliah.

Istimewanya, bagi mahasiswa yang lulus program khusus akan menikmati beasiswa sampai tamat (kuliah gratis) dan disediakan asrama khusus. Program khusus ini bertujuan menciptakan calon intelektual muslim dan ulama yang mempunyai kualifikasi ahlai dalam bidang tafsir dan ilmu hadits. (*)

Rektor IAIN IB: Program Beasiswa untuk PT Harus Merata

PADANG--Rektor IAIN Imam Bonjol Sirajuddin Zar meminta agar program beasiswa diberikan secara proporsional dan merata untuk perguruan tinggi negeri maupun swasta, serta perguruan tinggi dibawah institusi Departemen Agama.

"Selama ini seolah-olah ada sekat dan terkelompokkan, pemberian beasiswa belum merata kepada semua perguruan tinggi," kata Sirajuddin dalam pertemuan rektor perguruan tinggi dengan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi di Gubernuran, Jumat (13/6).

Ia mengatakan, ke depan pemberian beasiswa jangan hanya didominasi beberapa perguruan tinggi saja.

Menanggapi permintaan Sirajuddin, Wakil Gubernur Sumbar Marlis Rahman yang juga hadir dalam pertemuan itu mengatakan sebenarnya tidak ada pengkotak-kotakan perguruan tinggi.

Ia mengatakan, dengan adanya alokasi dana Rp45 miliar untuk beasiswa perguruan tinggi maka Pemprov berencana membentuk sebuah lembaga atau yayasan pengelola dana tersebut.

"Dengan adanya rencananya ini, kita akan bagikan beasiswa swcara merata bagi semua perguruan tinggi," katanya.

Dana beasiswa itu bersumber dari dana community development yang diberikan PT. Rajawali Group, salah satu pemegang saham PT Semen Padang kepada Pemprov Sumber. Semua dana akan dikelola dan dihibahkan untuk beasiswa perguruan tinggi. (bening/o

Teologi Islam Aliran dan Ajarannya

Pengarang: Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, MA
Penerbit: IAIN IB Press, Padang
Cetakan: Oktober 2003
Ukuran: 110 Halaman
Sinopsis:
klik untuk melihat foto Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar memaparkan dari bahwa teologi Islam, sebagai disiplin ilmu keislaman yang berdiri sendiri, mambahas aspek yang asasi atau ajaran-ajaran dasar Islam. Yaitu soal ketuhanan dengan memakai akal dan naqal.

Teologi Islam adalah ilmu yang membahas masalah ketuhan dalam Islam atau lebih spesifik disebut ilmu kalam. Sebab dinamakan ilmu ini dengan ilmu kalam karena masalah yang paling menonjol menjadi polemik pada abat kesembilan dan kesepuluh masehi adalah kalam Allah (al-Qur’an) sebagai salah satu sifatnya, apakah kadim atau hadis. Peristiwa ini disebut mihnah atau ujian keyakinan. Berkembang pemikiran liberalisme Islam atau kebebasan berfikir yang disponsori oleh paham Mu’tazilah.

Lahirnya berbagai corak pemikiran teologi dalam Islam tidak terlepas dari peristiwa tahkim (rekonsiliasi) antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ketidakpuasan terhadap keputusan tahkim telah melahirkan pemikiran yang berbeda-beda. Sehingga lahirlah paham Khawarij, Murji’ah, Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Al-Asy’ariyah) dan Maturidiyah (ahlussunnah), maupun aliran-aliran lainnya.

Inilah titik fokus yang dijabarkan dalam buku ini. Yaitu penjelasan tentang sebab-sebab lahirnya aliran atau sejarah timbulnya, ajaran, sekte dalam aliran, tokoh pendiri, peranan dan pengaruh dan perkembangannya.

Buku ini sangat cocok untuk dipelajari dalam mengetahui perlembangan corak pemikiran para tokoh

Ruang-Waktu Dan Kesadaran Sebagai Suatu Kontinuum

Konsepsi ruang dan waktu merupakan abstraksi
atas alam yang dapat di indera oleh manusia. Jadi,
yang berperanan disini adalah kognisi dan persepsi
manusia. Maka ruang dan waktu sebenarnya
bersifat energetis dan psikologis kalau saja kita mau
mengaitkannya dengan diri kita sendiri. Sebagai
sesuatu yang energetis, maka ruang-waktu
membangun pengertian gerakan energi persatuan
waktu, atau munculnya suatu sumber energi yang
bergetar sebagai gelombang yang merambat dan
menjalar persatuan waktu. Dengan kata lain,
eksistensi ruang waktu berkaitan dengan ruang yang
terbentuk akibat adanya atau munculnya secara
mandiri suatu sumber energi, suatu white hole yang
menjalarkan energi setiap saat atau dalam fisika
dikatakan sebagai frekuensi.

Munculnya white hole sebagai eksistensi energi yang
menjalar membangun pengertian ruang dan waktu
hanya dimungkinkan ketika manusia menangkap
impuls energetis itu sebagai suatu cahaya yang
dikognisi dan dipersepsi oleh inderawinya unutk
kemudian diolah otaknya. Maka jadilah sesuatu itu
disimpulkan "ada" oleh kita, termasuk pengertian
ruang dan waktu. Sehingga saya simpulkan bahwa
ruang-waktu sejatinya tidak cuma sekedar bersifat
fisik tetapi juga psikologis, bahkan realitas sejatinya
psikologis. Kita memang hidup di dalam The
Matrix.

3.1 Konsep Ruang-Waktu Materialistik

Kesadaran atas ruang dan waktu sebenarnya sudah
dikenal sejak dahulu. Sejak zaman awal peradaban
dimulai, manusia secara naluriah mengenali
terjadinya pergantian waktu seperti siang dan
malam, kapan waktu bercocok tanam dan
memanen, dan berbagai aktivitas bergantung waktu
lainnya. Namun, secara konseptual dari filsafat
Yunani-lah manusia mulai membuat abstraksi
bahwa ruang dan waktu merupakan sesuatu yang
melekat kepada makhluk khususnya manusia
[133]
.
Kemudian, Isaac Newton lebih khusus lagi
memformulasikan konsepsi ruang dan waktu
sebagai bagian dari hukum-hukum alam dan fisis
[115]
. Namun, beliau mengatakan bahwa ruang
terpisah dengan waktu.

Konsep ruang dan waktu yang diperkenalkan oleh
Isaac Newton disebut ruang dan waktu absolut.
Dalam konsep Newton ruang dan waktu absolut
mengacu kepada suatu kerangka referensial yang
tetap, sehingga dimana pun manusia yang berperan
sebagai pengamat berada waktu bersifat tetap.
Dalam arti bahwa kalau jarum jam di tangan saya
berdetik satu kali, maka jam tangan Anda yang saat
ini ada di Jayapura juga akan berdetik satu kali juga.
Konsep waktu absolut ini menyebabkan ruang bisa
dipisahkan dengan waktu sebagai suatu dimensi
tersendiri.

Konsep ruang dan waktu absolut kemudian di
rombak total oleh Albert Einstein yang menyatakan
bahwa waktu bersifat relatif tergantung kepada
posisi pengamat dan yang diamati. Dengan konsep
ini maka ruang dan waktu tidak bisa dipisahkan
tetapi melekat menjadi kesatupaduan yang disebut
kontinuum ruang-waktu. Konsep relativitas Albert
Einstein akhirnya merombak hukum-hukum fisika
Newtonian. Sampai saat ini, konsepsi kontinuum
ruang-waktu merupakan konsepsi yang dipakai
dalam perhitungan-perhitungan fisis dengan fisika
modern2
.

Semua makhluk ibaratnya ditempatkan di dalam
suatu wadah dengan dinding ruang-waktu ciptaan.

2
Kita mengenal saat ini konsep fisika klasik yang
berdasarkan hukum-hukum Newton yang deterministik
dengan asumsi waktu absolut dan fisika modern yang
menggunakan konsep waktu relatif Einstein. Dalam
penerapan di dunia atom-sub-atomis kondisi indeterministik
terjadi dimana hukum-hukum Newton tidak berlaku .
Namun yang berkalu adalah teori kuantum.
Didalam wadah itu, semua makhluk mengalami
suatu proses adalah suatu hal yang tidak bisa
dipungkiri. Lantas kenapa harus ada ruang-waktu?
Sebenarnya ruang-waktu merupakan sunnatullah
Allah yang paling fundamental karena
merepresentasikan al-Qudrah (Kekuasaan-Nya) yang
meliputi segala sesuatu (QS 41:54). Konsep Al
Qur'an meliputi segala sesuatu identik dengan
konsepsi Albert Einstein bahwa ruang-waktu
merupakan suatu kontinuum dimensional yang
tidak dapat dipisahkan. Meskipun, tidak tepat benar
karena konsepsi Einstein pada akhirnya akan
merujuk pada alam fisik saja.

3.2 Tuhan Ada Dimana?

Secara fisik, apa yang kita sebut sebagai "ruang"
adalah suatu acuan bentuk (panjang, tinggi, dan
lebar) yang membatasi gerak sedangkan "waktu"
menyatakan acuan adanya suatu proses
perkembangan, pertumbuhan, ekspansi atau
pergerakan. Keduanya kemudian disebut
kontinuum ruang-waktu dan saat ini
mendefinisikan alam semesta sebagai ruang dimensi
4. Lantas, kenapa harus ada ruang-waktu bila Allah
mampu menciptakan segala sesuatu? Pertanyaaan
demikian, dalam formatnya yang lain pernah
terlontar dari mulut seorang ahli fisika dan
matematika teoritis yaitu Prof. Paul Davies
[82]
.
Menurut Prof. Paul Davies :

"Tuhan tidak dapat menjadi yang perkasa jika Dia sendiri
tunduk kepada hukum-hukum fisika mengenai waktu.
Jika Tuhan tidak bisa menciptakan waktu karena waktu
itu sendiri melahirkan dirinya sendiri, tentunya Dia juga
tidak pernah menjadi pencipta alam semesta. Kedua
masalah tersebut saling bergantung."

Pendapat Prof. Paul Davies diatas khas
kecenderungan spekulatif ateistis-materialistis
karena (lagi-lagi) mengibaratkan Tuhan dalam
wujud yang fisikal seperti makhluk sehingga
diperlukan konsep waktu, padahal ruang-waktu
adalah representasi maujud-Nya sebagai wadah
eksistensi makhluk, bukan wadah untuk Tuhan.
Tuhan sendiri tidak bergantung pada pengertian-
pengertian fisikal temporal maupun spasial (ruang
dan waktu) yang menjadi atribut makhluk karena
Kemahakuasaan-Nya.

Dalam tinjauan yang lebih arif, sebenarnya atribut
ruang-waktu yang menjadi wadah eksistensi
makhluk diperlukan sebagai suatu anugerah untuk
pembelajaran, dalam arti untuk memahami dirinya
dan hubungannya dengan Penciptanya. Jadi
berhubungan dengan kesadaran dan kemampuan
manusia untuk menyimpan dan mengolah noise,
data, informasi dan pengetahuan yang lebih nyata,
real terbatas, dan tentu saja bisa dibuat model
maupun bendanya yang lebih bermanfaat bagi
semua makhluk bernama manusia misalnya
membuat handphone dari gelombang
elektromagnetik dan prinsip dasar komunikasi data
yang dulu mungkin hanya disebut sebagai suatu
"rumusan metaforik" misalnya "Malak" alias
Malaikat. Jelaslah masalah utama manusia
sebenarnya berhubungan erat dengan komunikasi
dan bahasanya yang harus selalu diaktualisasikan di
setiap zaman supaya orang tidak berlama-lama
terjebak di masa lalu maupun berlama-lama terjebak
di masa depan.

Pendapat Paul Davies tersebut mendapat tentangan
dari teolog-fisikawan Protestan Dr. Luco van Den
Brom yang menuduhnya lebih cenderung percaya
kepada adanya suatu model fisis tertentu yang
mengatur alam semesta seperti adanya otak super
alamiah ketimbang menalar dengan logis ilmiah
sebagai ahli fisika. Pada intinya, memang ada
perbedaaan sudut pandang karena Paul Davies
mempunyai kecenderungan yang sangat
materialistik, sehingga ia menafikan keberadaan
yang tidak dapat ditangkap inderawi dan akalnya.
Artinya, memang pertanyaan Paul Davies sejatinya
lahir dari seseorang yang tidak mempunyai
keimanan terhadap adanya Tuhan yang Lahir dan
Batin. Sehingga ia lebih mempercayai suatu
makhluk fisis yang luar biasa seperti "Otak Super"
misalnya. Namun anehnya, Paul Davies mengakui
sesuatu yang mempunyai sifat "mandiri" atau
"Berdiri Sendiri" yang tersirat dari perkataannya
"melahirkan dirinya sendiri", suatu sifat yang dalam
agama Islam sebenarnya merupakan salah satu sifat
"Allah Yang Berdiri Sendiri".

Perdebatan teologis semacam itu saat ini mewarnai
ilmu pengetahuan dan kosmologi di seluruh dunia,
khususnya dari kubu yang disebut secara dikotomis
"ateis dan agamawan". Hal demikian terjadi tidak di
Barat maupun tidak di Timur yang secara perlahan-
lahan sebagian mulai terkooptasi untuk mengikuti
pandangan barat dimana manusia menjadi pusat
dari alam semesta. Pandangan egosentris dari
filosofi materialis-ateis ini tidak heran menyebabkan
manusia terpenjara ke dalam akalnya sendiri dan
anehnya banyak dianut oleh kalangan yang
berkecimpung dalam dunia sains yang mengaku
bernalar logis. Padahal, jelas-jelas secara konseptual
salah karena menyerupakan makhluk dengan Tuhan
seolah-olah mengira sebuah lukisan Pablo Picasso
sama persis dengan Pablo Picasso yang manusia.
Padahal lukisannya hanyalah refleksi dari pikiran
dan citarasa Pablo Picasso saja yang bersifat abstrak
sebagai suatu gema dari pengalamannya atas
kehidupan untuk kemudian dilukiskan di atas
kanvas terbatas menjadi ekspresi terbatas dan tidak
bebas. Tentunya semua itu sesuai dengan seleranya
sebagai Si Pelukis!

Alam Semesta Jamak - al-Aalamin

ruang-waktu. Saya tidak akan menguraikan lebih
jauh hubungan simbolis matematis ini.

Kontinuum ruang-waktu yang berbeda antara satu
langit-bumi dengan langit-bumi lainnya
menunjukkan adanya relativitas waktu yang selaras
dengan pengertian ayat-ayat al-Qur'an yang
menginformasikan dengan eksak kesetaraan
sehari=1000 tahun dan sehari=50.000 tahun (QS
32:5, QS 70:4), dan materinya sesuai dengan
karakteristik relativitas ruang-waktu di alam
tersebut, dalam arti boleh jadi menjadi kurang
materialistik dan bersifat immaterial dan lebih
energetis dibanding dunia kita ini. Bisakah alam-
alam lain ini dibuktikan secara ilmiah merupakan
suatu pertanyaan yang sulit dijawab. Mengingat,
sampai saat ini kosmologi alam semesta fisik
dimodelkan berdasarkan kerangka intelektual
manusia yang memiliki keterbatasan (dalam rujukan
kontinuum ruang-waktu tanpa kesadaran).

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita
mencoba meninjau berbagai pandangan mengenai
alam atau ruang-waktu lain ini dari sudut pandang
spiritual atau batiniah Islam yang subyektif realistis
menurut pelakunya dan sudut pandang dunia
kuantum yang mewakili sains modern namun
mempunyai kemiripan dengan pandangan spiritual.
Titik temu antara keduanya menjadi mungkin
mengingat dunia spiritual atau metafisika dengan
sains modern khususnya Teori Kuantum memiliki
kemiripan cara pandang. Dengan demikian, dalam
kerangka "Pengetahuan Makrifat" , titik temu dari
kedua pendekatan ini merupakan suatu contoh
dimana dunia spiritual memandu sains modern
untuk memaknai dunia non-fisik yang mulai
dirambahnya.

Sudut pandang yang tepat dalam membicarakan
aspek-aspek batiniah agama Islam saat ini terwakili
oleh kalangan sufi atau seringkali disebut sebagai
pandangan tasawuf. Sufisme atau secara formal
ilmu pengetahuan keislaman yang disebut tasawuf
memang sudah menjadi bagian dari perkembangan
agama Islam sejak awal-awal abad Hijriah
[9,10,42,62]
.
Bahkan dikatakan bahwa ruh agama Islam adalah
Tasawuf. Khususnya sejak peristiwa Isra dan Mi'raj
dialami oleh Nabi Muhammad SAW dan diketahui
melintasi banyak alam. Peristiwa ini diimani oleh
sebagian besar Umat Islam sebagai mukjizat
kenabian dan menjadi inspirasi perjalanan ruhani
yang dapat dicapai manusia. Peristiwa ini juga
menunjukkan Kosmos Islam sebenarnya dimana
aspek-aspek kesadaran sudah dimasukkan sebagai
suatu realitas yakni kesadaran - ruang -waktu.
Sedangkan sudut pandang dunia kuantum diwakili
oleh apa yang sudah menjadi landasan Teori
Kuantum yang digagas oleh ilmuwan-ilmuwan
fisika teoritis awal abad ke-20 seperti Max Planck,
Niels Bohr, Heisenberg, Paul Diract, Schrodinger,
Albert Einstein dan yang lainnya.

Alam Semesta Jamak - al-Aalamin

manusia (QS 16:8). Di dalam surat Fushshilat [41] :
12 Allah secara lebih tegas lagi menyebutkan
bahwa terdapat tujuh langit:

Maka Dia jadikan tujuh langit dalam waktu dua masa
dan Dia mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya
(masing-masing).
Dan kami hiasi langit dengan bintang-bintang dengan
pemeliharaannya.
Demikianlah ketentuan Yang maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.

Juga pada surat At Thalaq [65] : 12 disebutkan
tujuh langit dan bumi:

Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu
pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu
mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar
meliputi segala sesuatu.

Tafsiran kedua ayat diatas di kutip dari Al Qur'an
dan Terjemah terbitan PT Sari Agung
[2]
, dan juga
makna yang senada ditemui pada Al Qur'an
terjemah Departemen Agama
[1]
.

Kemudian kalau kita teruskan dengan kalimat "Dia
mewahyukan kepada tiap-tiap langit urusannya (masing-
masing)" dengan aspek-aspek perubahan hukum-
hukum alam, maka antara satu tingkatan dengan
tingkatan alam lainnya mempunyai perbedaan
hukum-hukum alam. Secara simbolis, kalimat
tersebut menyiratkan bahwa kemungkinan hukum-
hukum tersebut berkaitan dengan hukum yang
berlaku di tingkatan maujud obyek bermassa
sampai maujud elementer yaitu Teori Relativitas
dan Teori Kuantum. Jadi, antara kedua alam
tersebut yaitu alam obyek dan kuantum sebenarnya
memiliki suatu pertautan, suatu perantara sehingga
suatu kontinuum alam semesta yang secara hirarkis
terdiri dari tujuh cakrawala langit dapat terpahami
secara utuh. Apakah perantara itu?

2.2 Peran Manusia Dalam Pemahaman Alam
Jamak

Para ilmuwan sudah bertahun-tahun mencari cara
bagaimana mengawinkan Teori Kuantum dan Teori
Relativitas misalnya dengan Teori Gravitasi
Kuantum, Grand Unified Theory, Theory Of Everything
dan sebagainya. Namun, upaya ini selalu gagal.
Bahkan dengan sedikit berduka, ilmuwan seperti
Stephen Hawking nampaknya masih mencari cara
bagaimana kedua teori yang selama ini secara
konseptual dianggap bertolak belakang itu dapat
saling dikaitkan. Dalam banyak segi, menurut
sementara ilmuwan, kalau saja kaitan antara Teori
Relativitas dan Teori Kuantum diketahui, maka
konsep Theory Of Everything dapat dirumuskan
dengan baik. Namun upaya ini tak pernah menemui
jalan.

Salah satu aspek yang terlupakan dalam pendekatan
teori fisika, seperti telah saya singgung dari awal,
adalah pengertian kontinuum ruang-waktu yang
minus manusia di dalamnya, karena selama ini
manusia menganggap dirinya sekedar pengamat.
Sedangkan, dalam banyak segi manusia sebenarnya
sekedar partisipan di alam semesta, namun ia justru
menjadi rujukan ketetapan di alam semesta;
meskipun demikian, manusia adalah aktor bukan
dalang, dan panggung sandiwara sekaligus kandangnya
adalah alam semesta. Jadi, layaknya kita ini memang
aktor-aktor grup Srimulat yang hidup dan
manggung untuk sementara di pentas sekaligus
menjadi rumah tinggal. Sehingga saya ajukan aspek
kesadaran diri sebagai suatu kontinuum yang lebih
utuh dalam memahami alam semesta. Hasilnya
adalah suatu hipotesa awal berdasarkan QS 41:12
diatas bahwa sejatinya, yang memungkinkan
pertautan hukum-hukum alam antara alam nyata
dan alam malakut; antara Teori Relativitas dan
Teori Kuantum adalah kesadaran seorang manusia
yang eksis sebagai suatu esensi yang lebih ruhaniah,
halus, dan energetis, yang mampu mencitarasakan
alam nyata dan alam tidak nyata, itulah QOLBU
MANUSIA (saya ringkas QM, secara umum bisa
juga dipahami sebagai ruh dengan berbagai
kualitasnya atau nafs dengan berbagai kualitasnya).
Inilah parameter kesadaran diri yang dapat
menautkan antara alam nyata dan yang gaib.
Sehingga QM merupakan suatu kontinuuum
dengan ruang-waktu. Karena sejatinya, di alam
kuantum atau sub-atomis kesadaran dari pelakulah
yang lebih berperan seperti sudah diduga oleh
ilmuwan kuantum sendiri ketika menguraikan
partikel paling elementer saat ini yaitu quark.

Secara simbolis matematis saya akan menuliskan
bahwa hubungan antara Teori Relativitas yang
mewakili alam makro dan nyata dengan Teori
Kuantum yang mewakili alam mikro adalah:

Teori Relativitas.QM = Teori Kuantum

Inilah hubungan langsung yang merumuskan alam
semesta sebagai kontinuum kesadaran diri (QM)-

Alam Semesta Jamak - al-Aalamin

Di dalam Al Qur'an Allah menyebutkan penciptaan
lebih dari satu alam atau alam jamak. Di dalam
surat Al Fatihah ayat ke-2 disebutkan kata "al-
aalamin" .yang merupakan bentuk jamak dari kata
Bahasa Arab "alam". Para teolog umumnya
menyebutkan alam secara umum sebagai sesuatu
selain Allah. Jadi berarti jamak. Sedangkan alam
menurut para filosof adalah kumpulan jauhar yang
tersusun dari materi dan bentuk yang ada di bumi
dan di langit
[84]
. Jadi alam fisik. Dalam pengertian
sains modern, berarti para filosof memaknai alam
sebagai segala sesuatu yang berada di dalam
kontinuum ruang-waktu fisikal.

Uraian lengkap mengenai makna kata al-aalamin
berikut ini dikutip tafsir Al Mishbah jilid ke-1 karya
M. Quraish Shihab hal 30 :

"Kata Aalamin adalah bentuk jamak dari kata alam. Ia
terambil dari akar kata yang sama dengan ilmu atau
alamat (tanda). Setiap jenis makhluk yang memiliki ciri
yang berbeda dengan selainnya, maka ciri tersebut menjadi
alamat/tanda baginya, atau dia menjadi sarana/alat
sebagai sarana untuk pengetahuan tentang wujud Sang
Pencipta. Dari sini kata tersebut biasa dipahami dalam
arti alam raya atau segala sesuatu selain Allah."

Dalam memodelkan relasi antara Allah, alam
semesta, dan manusia secara integralistis yang
sudah saya uraikan sebelumnya, maka kalimat
"alam fisik dan non fisik" yang saya maksud adalah
yang sesuai dengan makna kata bahasa Arab "al-
aalamin" yaitu bentuk jamak dari kata "alam" (bahasa
Arab) . Dengan kata lain, alam itu lebih dari satu
baik yang fisik maupun non fisik.


2.1 Alam Semesta Jamak : Tatanan 7 Langit-
Bumi

Sains modern, dalam melakukan pengkajian alam
semesta lebih cenderung menggunakannya dalam
pengertian fisik atau di dalam kontinuum ruang-
waktu. Jadi pengertian alam semesta secara sains
adalah alam yang dapat menjadi sarana bagi
makhluk berakal dengan melalui tanda-tanda atau
fenomenanya yang tertangkap semua jenis indera-
indera alamiahnya maupun peralatan buatannya
untuk mengenal Allah. Oleh karena itu dalam kajian
sebelumnya saya katakan bahwa saya lebih setuju
kalau kontinuum ruang-waktu fisikal dipahami
secara menyeluruh sebagai kontinuum kesadaran
diri-ruang-waktu (pikiran-ruang-waktu). Dengan
kata lain, ada aspek-aspek psikologis dan metafisis
selain aspek fisis karena adanya peran manusia
dalam memahami alam semesta sebenarnya
cenderung psikologis bukan mekanis. Apalagi
dalam perspektif penciptaan dimana manusia
sejatinya menjadi rujukan utama bagi semua
penciptaan makhluk lainnya.

Menurut analisis Sirajuddin Zar
[84]
, al-aalamin di
dalam Al Qur'an sendiri tercantum di dalam
beberapa ayat dan mempunyai makna yang
bermacam-macam tergantung dari konteks ayat
tersebut. Misalnya al-aalamin di dalam QS 2:47 dan
QS 2:122 dapat dimaknai sebagai umat manusia
atau pada QS 3:96 dimaknai sebagai manusia.
Sedangkan pada QS 12:104, 38:87, 68:52, 81:27
istilah zikr li al-aalamin dapat diartikan sebagai
bangsa manusia dan jin. Jadi, pengertian al-aalamin
tidak dapat digunakan sebagai alam semesta atau
dalam bahasa Inggris universe . Namun, kata ini
dapat dibenarkan bila dimaksudkan untuk
menunjukkan banyaknya alam yang dipelihara
Tuhan dimana sebagian darinya tidak diketahui oleh

Sejarah Alam Semesta & Kontinuum Kesadaran- Ruang-Waktu

ini bersifat murni teoritis yang dapat dihitung secara
matematis saja sendiri.

Saat ini kita mungkin sering melihat bagaimana
industri hiburan Hollywood menafsirkan alam-alam
lain tersebut dengan membuat film fiksi ilmiah yang
menarik, menggelitik, dan kadang-kadang
menggelikan seperti dalam film serial TV "Twilight
Zone", "Back To The Future", atau film "Contact"
yang dibintangi oleh Jodie Foster. Meskipun
demikian, tafsiran kalangan industri perfilman itu
janganlah dianggap remeh, karena secara tidak
langsung kita dapat belajar bagaimana konteks sains
modern tanpa pemahaman spiritual dan keagamaan
dalam menyikapi adanya alam yang gaib tersebut.
Biasanya, ujung dari penyingkapan alam gaib
tersebut dijawab pula dengan cara mekanistis yang
juga kering dari unsur-unsur spiritual yaitu dengan
membuat mesin antar dimensi seperti yang
diperlihatkan dalam film "Contact" untuk berjalan
keluar menjelajahi alam semesta fisik atau dengan
model sihir-sihiran seperti dalam film-film Harry
Potter.

Sejarah Alam Semesta & Kontinuum Kesadaran- Ruang-Waktu

menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran.(QS 103:1-3)

Mengaitkan masa atau waktu sebagai suatu
"kerugian" dan "amal saleh.." untuk "menetapi
kesabaran" sebenarnya merujuk pada aspek
"kesadaran diri manusia" yang tentunya tidak bisa
dipisahkan dengan waktu. Secara logis, setiap bilah
waktu kita yang lewat adalah peluang kita untuk
"hidup dan mati" dan menunaikan suatu amanat dari
Tuhan. Jadi ketika kita melepaskan kesadaran diri
kita dari pentingnya waktu, maka kerugianlah yang
akan kita temui karena waktu tidak bisa dapat balik
kembali.

Dalam ayat yang lain yaitu QS 15:71 Allah juga
berfirman dengan menyinggung masalah waktu
yang dikaitkan dengan kesadaran seseorang,

(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad),
sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam
kemabukan (kesesatan)". (QS 15:71)

Demikian juga, dengan gaya bahasa yang lebih
psikologis, kaitan alam semesta dan kesadaran
manusia juga ditegaskan dalam firman QS (17:60),

Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan
kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu
meliputi segala manusia". Dan Kami tidak
menjadikan "mimpi" yang telah Kami perlihatkan
kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia
dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk
dalam Al Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti
mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah
menambah besar kedurhakaan mereka.(QS
17:60)

Frase "tidak menjadikan 'mimpi' yang telah Kami
perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi
manusia" menegaskan aspek psikologis penglihatan,
cerapan inderawi, akal pikiran dan qolbu kita kita
ketika memahami alam semesta atau dunia yang
sebenarnya seperti sebuah mimpi. Dengan
demikian, dalam memahami alam semesta, dunia
atau kehidupan faktor kesadaran sangat penting
untuk meemhami semua itu dengan utuh. Bukan
sepenggal-sepenggal.

Berbeda dengan konsepsi alam semesta sebagai
kontinuum ruang-waktu, maka konsep alam
semesta sebagai kontinuum kesadaran-ruang-waktu
menempatkan manusia dalam posisi yang lebih
dominan di alam semesta yang akhirnya akan
menyingkap bahwa alam semesta sebenarnya
diciptakan dengan mengikuti aturan atau ketentuan
yang sudah ditetapkan kepada manusia sebagai
suatu kadar dari Penciptanya. Kita adalah burung,
dan alam semesta adalah kandangnya. Maka yang
menciptakan, memelihara dan mendidik kita
sebagai Rabb Al-Aalamin mestinya menentukan
ukuran dan ketentuan manusia dahulu sebelum
kandangnya dibuat. Sehingga, alam semesta yang
kita diami dan dianggap oleh kita sangat luas
sebenarnya diciptakan berdasarkan spesifikasi kita
sebagai manusia yang menjadi citra kesempurnaan
Allah sebagai Rabb Al-Aalamin. Allah tidak
menciptakan alam semesta untuk emnunjukkan
citra kesempurnaan-Nya, namun kepada
manusialah Dia mengamanatkan citra
kesempurnaan-Nya itu. Artinya, kita lah yang
menentukan bentuk alam semesta ini sehingga
seprrti apa yang kita lihat dan kita rasakan saat ini.
Ketika manusia tidak menyadari hal ini, dan
mengira bahwa kebetulan manusia ada di alam
semesta, maka kitapun akan tertipu suatu tipu daya
fundamental dan sangat psikologis yaitu tipuan
Sang Iblis ketika menginginkan keabadian dirinya.

Pengertian alam semesta menurut Al Qur'an
sebagai al-Aalamin pada akhirnya mengungkap
adanya kejamakan alam semesta dalam pengertian
inderawi dan non inderawi. Kendati demikian,
semua alam tersebut secara teoritis adalah alam
yang berada dalam suatu kontinuum yaitu di dalam
kontinuum kesadaran-ruang-waktu. Hanya saja, ada
kesadaran-ruang-waktu yang terpahami secara utuh
oleh manusia dalam orde batasan-batasan waktu
teoritis yaitu diatas waktu Planck yang nilainya lebih
dari 10-34
detik1
, dan ada alam yang tidak
terinderawi oleh manusia yang bersifat gaib namun
dapat disadari ada (dalam arti kesadaran diri sudah
lepas dari keterikatannya dengan ruang-waktu).
Menurut telaah almarhum Prof. Achmad Baiquni
[29]
, seorang fisikawan Indonesia yang menekuni Al
Qur'an dari sudut pandang sains modern, para
saintis dalam menyikapi keberadaan alam-alam lain
tersebut telah berusaha membuktikannya, baik
secara teoritis maupun matematis. Seringkali
mereka menyebutnya sebagai "shadow worlds",
"parallel worlds" atau alam gaib menurut istilah Islam,
dan diperkirakan memiliki hukum-hukumnya

1
Dalam pengertian sehari-hari manusia menyadari
perbedaan waktu dalam order satu detik, jadi kajian teoritis

Sejarah Alam Semesta & Kontinuum Kesadaran- Ruang-Waktu

Apa atau rangkaian kalimat seperti apa yang cocok
dan identik dengan pengertian "alam semesta" atau
"universe" didalam Al Qur'an?

Menurut Sirajuddin Zar, Al Qur'an menggunakan
istilah "as-samaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa"
untuk alam semesta. Istilah ini ditemui didalam
beberapa surat Al Qur'an seperti dalam surat Al-
Maidah dan Shaad tiga kali; al-Dukhan dua kali;
surat al-Hijr, Maryam, Thaahaa, al-Furqan, al-
Syu'ara, al-Rum, al-Sajdah, al-Shaffat, al-Zukhruf,
al-Ahqaf, Qaf dan al-Naba masing-masing satu kali.
Menurut buku "Kamus Islam Menurut Quran &
Hadis" karya Hussein Bahreisy yang dikutip
Sirajuddin Zar, istilah ini secara harfiah berarti
"alam semesta adalah langit dan bumi dan segala isinya".

Surat al-Maidah ayat 17 (QS 5:17), yang berbunyi
"...Dan kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi dan
apa yang ada di antara keduanya..." merupakan
penegasan Allah bahwa Al-Masih (Nabi Isa a.s.)
merupakan makhluk dan bagian dari alam semesta
(as-samaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa) dan
seluruhnya adalah milik Allah. Ia berkuasa mutlak
atas seluruh jagat raya, dan apa yang ada didalamnya
tunduk kepada segala ketentuan-Nya. Kalau
menyimak konteks ayat tersebut maka "as-
samaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa" identik
dengan alam semesta, jagat raya, atau dalam Bahasa
Inggris disebut universe.

Demikian juga kalimat "as-samaawaat wa al-ardh wa
maa baynahumaa" di dalam surat Maryam ayat 65
(QS 19:65) yang berbunyi :

Tuhan langit dan bumi serta apa-apa diantara keduanya
(alam semesta), sebab itu sembahlah Dia dan teguhlah
untuk menyembah-Nya...

Untuk memahami pengertian ayat tersebut, perlu
dilihat secara utuh berdasarkan konteks ayat
sebelumnya yaitu QS 19:64 yang berbunyi:

Kepunyaan Allah apa-apa yang dihadapan kita, apa-apa
yang ada dibelakang kita dan apa-apa yang ada diantara
keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.

Kalimat "as-samaawaat wa al-ardh wa maa
baynahumaa" dalam surat Maryam ayat 65
memperkuat ayat sebelumnya yang bersifat parsial,
yaitu apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa
yang ada di belakang kita, dan apa-apa yang ada
diantara keduanya. Namun, kalau kita teropong dari
pandangan sains modern, ayat diatas
mendefinisikan konsep ruang-waktu yang terdiri
dari masa lalu, masa kini, dan masa depan, suatu
konsep kosmologis yang oleh Stephen Hawking,
seorang fisikawan teoritis dari Inggris, diuraikan
untuk menjelaskan terjadinya alam semesta atau
secara umum dewasa ini digunakan untuk
menggambarkan berbagai fenomena alam
[20,21]
.

Dari uraian ayat-ayat diatas, maka Al Qur'an
menegaskan bahwa "as-samaawaat wa al-ardh wa maa
baynahumaa" identik dengan pengertian alam
semesta sebagai kontinuum ruang-waktu. Kata ini
mengacu kepada alam fisik dan non fisik atau alam
gaib seperti alam malaikat, alam jin, alam ruh, alam
barzakh, alam akhirat dan alam-alam lainnya yang
tidak dapat diindera oleh manusia umumnya.
Demikian kesimpulan akhir Sirajuddin Zar dalam
mengartikan "alam semesta".

Dengan pendekatan yang dipaparkan Sirajudin Zar
dan pengertian sains modern, maka sebenarnya
alam semesta yang dimaksudkan dalam Al Qur'an adalah
suatu kontinuum ruang-waktu yang terpahami oleh
makhluk berakal pikiran yakni manusia. Sehingga
pengertian alam semesta adalah suatu kontinum pikiran-
ruang-waktu atau seperti disebutkan sebelumnya sebagai
suatu kontinuum kesadaran diri-ruang-waktu (KDRW).
Inilah alam semesta menurut Al Qur'an dalam
pengertian yang lebih fisikal maupun metafisikal,
dan inilah konsep alam semesta yang saya gunakan
selanjutnya dalam risalah ini, jadi bukan sekedar
kontinuum ruang-waktu seperti dipahami selama ini
oleh para ilmuwan tradisional.

Pentingnya kesadaran atas waktu sebagai bagian
dari pemahaman kita tentang alam semesta
sebenarnya tersirat dalam surat Al Ashr (Masa, QS
103:1-3) .

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada
dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya

Menag: IAIN Tak Perlu Ubah Status


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) tidak perlu berubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) karena dikhawatirkan dapat menghilangkan eksistensi ilmu keislaman yang telah dikembangkan selama ini.

"Peningkatan kualitas dan pembenahan manajemen menjadi tuntutan, agar selalu maju dan berkembang dengan baik," kata Menteri Agama M Maftuh Basyuni menyatakan usai melantikan Rektor IAIN Imam Bonjol (IB) Padang, Prof Dr Sirajuddin Zar MA di Kampus Lubuk Lintah Padang, Kamis (14/6).

Menag menyebutkan, hingga kini hanya tinggal delapan IAIN yang belum beralih status menjadi UIN. Ke depanya diharapkan tetap tidak mengalami perubahan.

Dikatakan, masyarakat membutuhkan keberadaan perguruan tinggi Islam. IAIN diharap tidak bercita-cita mengubah status namun memperkuat eksistensi dan meningkatkan kualitas dosen serta memperbaiki manajemen kampus.

Acara pelantikan Rektor baru IAIN IB Padang itu, juga dihadiri Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi dan anggota DPD RI asal pemilihan Provinsi Jambi, Nusran Jawaher.

Menurut Menag, IAIN IB Padang sudah tepat sebagai Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), tidak perlu menyaingi perguruan tinggi negeri yang ada saat ini.

IAIN IB Padang, diharapkan ke depan tetap sebagai PTAI, sehingga mampu melahirkan para ulama dan "Imam Bonjol" baru di Sumbar.

Sementara itu, Rektor IAIN IB Padang Sirajuddin Zar menyatakan, keinginan untuk merubah status IAIN IB menjadi UIN sebenarnya sudah disiapkan sejak tiga tahun lalu.

Namun dari penegasan Menag itu, kata Sirajuddin, ke depan atau setidaknya selama masa jabatannya, ia akan lebih konsentrasi pada pembenahan manajemen dan memperkuatan eksistensi IAIN IB Padang.

"Kita tidak akan berpikir dan mempersiapan IAIN IB menjadi UIN, namun lebih kepada pemantapan basis ilmu ke Islaman di perguruan tinggi ini," katanya.

Ia mengkhawatirkan, jika IAIN IB berubah status ke UIN bisa saja bidang ilmu ke islaman selama ini dikembangan akan terbagi-bagi dengan ilmu umum.(dpg/han)

Prof Dr H Sirajuddin Zar MA Terpilih

Prof Dr H Sirajuddin Zar MA mendapatkan suara terbanyak dalam acara pemilihan ulang rektor IAIN Imam Bonjol (IAIN IB) Padang. Acara pemilihan ini dilaksanakan di ruang rapat senat lantai II Gedung Rektorat IAIN IB Padang, Kamis (02/11).

Pemilihan ulang ini diputuskan dalam rapat senat yang dilakukan tanggal 19 Oktober 2006 yang lalu. Pemilihan ulang rektor IAIN IB Padang ini dijadwalkan tanggal 2 November 2006. Pemilihan yang dipimpin oleh Pengganti Sementara (Pgs) Rektor IAN IB, Prof Dr HM Atho Mudzhar dari awal sampai perhitungan suara tak ada kendala. Dalam penghitungan suara, Prof Dr H Sirajuddin Zar MA mendapatkan suara terbanyak.

Suara yang diperebutkan sebanyak 39 suara itu dirangkulnya sebanyak 24 suara. Sedangkan calon lain, Dr H Makmur Syarif SH MAg menarik 14 suara dan Prof Dr Yahya Jaya MA hanya mendapatkan 1 suara. Suara yang seharusnya 40 suara itu berkurang 1 suara karena Prof Dr HM Atho Mudzhar tidak mempergunakan hak suaranya.

Ketika ditanya mengenai alasannya tidak memilih dan tugas selanjutnya sebagai Pgs rektor, Atho menjawab, “Saya bukan senat IAIN IB, bukan pula dosen IAIN IB dan saya hanya orang Departemen Agama (Depag) yang ditugaskan ke IAIN IB ini. Jadi, jauh sebelumnya saya sudah memutuskan untuk tidak ikut memilih pada pemilihan ulang ini. Tugas saya selanjutnya, saya akan menyampaikan rekomendasi senat kepada Menteri Agama (Menag), Maftuh Basyumi. Kemudian saya akan berjuang dan membantu proses pelantikan calon rektor terpilih”.

Pada proses sebelumnya, senat telah mengirimkan surat kesediaan untuk dicalonkan menjadi rektor dengan formulir telampir. Surat tersebut diberikan kepada 21 orang anggota senat yang memenuhi syarat untuk mencalonkan sebagai rektor. Dari yang 21 itu, 6 orang mengembalikan formulir sedangkan yang 15 orang lagi tidak mengembalikan. Enam orang tersebut, 3 orang menyatakan diri tidak bersedia untuk dicalonkan dan 3 orang lagi bersedia untuk dicalonkan. Tiga orang yang bersedia dicalonkan itu adalah Dr H Makmmur SH MAg, Prof Dr Yahya Jaya dan Prof Dr H Sirajuddin Zar MA. Hal ini di sampaikan Pgs Rektor IAN IB, Prof Dr HM Atho Mudzhar kepada para insan pers di ruangan panitia pemilihan.

Maka, setelah melengkapi persayaratan administrasi, tiga calon ini dinyatakan oleh panitia dan senat berhak untuk ikut dalam pemilihan ulang. Berkas persyaratan iitu diserahkan panitia kepada Atho sebelum acara pemilihan ulang. Setelah dipelajari dan diperiksa serta dinilai oleh Atho menurut ketentuan dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) No 45 Tahun 2006, persyaratan tersebut lengkap dan sesuai dengan KMA No 45 Tahun 2006 tersebut. Maka 3 orang tersebut berhak untuk mengikuti pemilihan ulang sekarang, tambahnya.

Dengan diraihnya suara terbanyak oleh Prof Dr H Sirajuddin Zar MA, maka senat akan membuat surat rekomendasi kepada Menag. Hal ini sesuai dengan Pasal 11 KMA No 45 Tahun 2006 yang berbunyi : Senat merekomendasikan calon rektor yang mendapatkan suara terbanyak kepada Menag untuk dilanjutkan kepada proses pelantikan menjadi rektor. Surat rekomendasi itu akan berisi tentang telah berhasilnya pemilihan ulang dan calon rektor tepilih dalam pemilihan ulang rektor IAIN IB yang mendapatkan suara terbanyak adalah Prof Dr H Sirajuddin Zar MA. Penyampaian rekomendasi tersebut akan dilakukan dalam waktu paling lambat 15 hari yang akan datang. (nph)

Menag Lantik Rektor Baru IAIN IB Padang

PADANG- Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni melantik Sirajudin Zar sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Imam Bonjol (IB) Padang periode 2007-2011, Kamis (14/6).

Prosesi pelantikan yang dilaksanakan di Aula Rektorat IAIN IB di lubuk Lintah, Padang, Sumatra Barat (Sumbar) tersebut dihadiri Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi, anggota DPD RI Yusran, Bupati dan Wali Kota serta pimpinan perguruan tinggi se-Sumbar.

Acara pelantikan itu sendiri berlangsung tanpa hambatan. Pasahal sebelumnya ada ancaman sekelompok mahasiswa yang ingin menggagalkan pelantikan .

"Rektor IAIN IB yang baru dilantik harus mampu memajukan kualitas sumber daya manusia di lingkungan kampus dan mendahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu dan kelompok," kata Menag.

Proses pemilihan hingga terpilihnya Rektor IAIN IB periode 2007-2011 tersebut melewati jalan berliku dan panjang selam hampir dua tahun. Sebelumnya, pada 29 November 2005, pemilihan Rektor IAIN IB periode 2007-2011 yang diikuti dosen, perwakilan mahasiswa dan karyawan itu dimenangkan Nasrun Haroen yang memperoleh 133 suara.

Ia mengalahkan kandidat lainnya, Maidir Haroen yang mendapatkan 109 suara dan Yahya Jaya yang memperoleh satu suara. Adapun Sirajudin Zar, yang saat itu juga mengikuti pemilihan bersama Hayati Nizar dan Rusdi tidak memperoleh suara.

Senat IAIN IB kemudian menetapkan tiga calon rektor, Nasroen Harun, Maidir Harun dan Yahya Jaya, untuk diusulkan kepada Menteri Agama, namun ketiga calon itu ditolak. Menteri Agama menunjuk Atho’ Mudzahar sebagai pelaksana tugas (Plt) Rektor IAIN IB Padang.

Penunjukkan Plt Rektor IAIN IB itu mendapat tantangan dan demonstrasi dari civitas akademika kampus islami tersebut.

Meski menghadapi banyak rintangan, Plt Rektor IAIN IB Atho’ Mudzahar berhasil mengendalikan keadaan dan menjalankan tugasnya sebagai tampuk pimpinan, diantaranya melaksanakan pemilihan ulang Rektor IAIN IB perode 2007-2011.

IAIN IB kembali menggelar pemilihan rektor baru pada 2 November 2006 yang diikuti tiga kandidat, Makmur Syarif, Sirajuddin Zar, dan Yahya Jaya. Dalam pemilihan ulang yang tidak lagi melibatkan perwakilan mahasiswa tersebut, 40 anggota senat IAIN IB memenangkan Sirajuddin Zar. (AA/OL-06)